Gerakan Renaissance dan Pengaruhnya di Eropa
Eropa Abad Pertengahan memiliki ciri khusus di mana kekuasaan Gereja
berpengaruh sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara saat
itu. Hal ini lebih lanjut juga mempengaruhi sistem filsafat jaman itu, berikut
pula perkembangan ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu pengetahuan dipandang dan
digunakan untuk melegitimasi keyakinan yang didasarkan pada dogma-dogma agama.
Filsafat pun demikian. Pendeknya, sebagaimana tradisi skolastik, segala sesuatu
harus disesuaikan dengan kepercayaan akan dogma-dogma agama.
Cara pandang modern sebagai lawan dari cara pandang Abad Pertengahan dimulai di
Italia dengan gerakan yang disebut Renaissance. Gerakan ini merupakan antitesa
bagi corak kesadaran Abad Pertengahan yang ditandai oleh kesatuan, keutuhan,
dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam bentuk metafisika
atau ontologi. Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat-nya menyatakan
setidak-tidaknya empat manifestasi utama Renaissance, yakni:
1. Gerakan Humanisme yang berusaha tidak saja untuk menerjemahkan sumber-sumber
Yunani dan Romawi, tetapi juga mencari nilai atau gaya hidup manusia yang
terkandung di dalamnya.
2. Penolakan tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Hal ini diikuti dengan
bangkitnya Platonisme.
3. Keterbukaan kepada ilmu-ilmu yang baru mulai terbentuk.
4. Ketidakpuasan dengan kemapanan yang terjadi dalam lapisan agama. Hal ini
mengarah kepada Reformasi Protestan.
Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan oleh tiga hal, yaitu:
subyektifitas, kritik, dan kemajuan. Hal inilah yang kemudian mendorong
lahirnya Renaissance sebagai gerakan yang berusaha mendobrak kejumudan
kreatifitas berpikir manusia di bawah otoritas gereja saat itu.
Apa yang dikehendaki oleh Renaissance adalah hal-hal baru sebagai kritik
terus-menerus terhadap nalar teosentrisme yang melulu dipelihara pada abad
pertengahan. Dari situ kemudian lahirlah berbagai macam bidang keilmuan yang
dipisahkan dari pengaruh agama dan dogma, dengan sepenuhnya didasarkan pada
kekuatan subyektif akal-budi manusia (antroposentrisme).
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir
intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam
peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa,
secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan
menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang dibawa Descartes menjadi pondasi yang
sangat mendukung hal itu.
Secara ringkas dapat diketahui beberapa perubahan yang sangat signifikan
terjadi di Eropa yang dalam hal ini berkenaan dengan pengaruh Renaissance,
yakni di bidang sains (berikut juga seni), paradigma sosial, politik, serta
ekonomi.
Ada cukup alasan yang menjadi dasar bagi pertentangan antara otoritas gereja
dengan kepentingan sains. Salah satu alasan yang kiranya paling mendasar adalah
bahwa dalam kenyataannya, sains, sebagai sesuatu yang relatif, seringkali
bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh gereja. Maka
logislah jika selama gereja berkuasa ruang bebas bagi sains menjadi sempit.
Pembebasan dari otoritas gereja mendorong terbentuknya cara berpikir yang sama
sekali berbeda dengan dogma Abad Pertengahan. Otoritas gereja menyatakan
ketentuan-ketentuannya sebagai kepastian absolut dan tidak bisa diubah
selamanya. Objektifitas semacam ini tentu menjadi ruang sempit bagi kebebasan
akal manusia untuk berkreasi. Pada Renaissance, otoritas gereja yang absolut
itu diluluh-lantakkan sedemikian rupa oleh sains yang pernyataan-pernyataannya
dibuat secara tentatif berdasarkan kemungkinan (relatif) dan dianggap bisa
dimodifikasi.
Renaissance merupakan masa kebangkitan bagi sains. Gerakan ini mendorong
tumbuhnya kebiasaan untuk menghargai aktifitas intelektual sebagai sebuah kerja
sosial yang sulit, penuh tantangan dan menyenangkan, bukan meditasi menyendiri
yang bertujuan memelihara ortodoksi predeterministik. Pada masa itulah
tokoh-tokoh saintis banyak sekali muncul di Eropa. Di antara mereka kita kenal
beberapa yang dapat dikatakan terbesar dan paling berpengaruh. Copernicus,
Kepler, Galileo dan Newton adalah tokoh besar yang pengaruhnya sangat
menentukan bagi perkembangan sains selanjutnya. Selain itu, berbagai macam
penemuan mulai dari teleskop, mikroskop, mesin cetak, kompas, mesiu, dan
sebagainya, merupakan hasil dari perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang
luar biasa pada abad itu.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia
seni secara revolusioner. Kebebasan berekspresi demikian menggebu-gebu
mengalahkan segala tabu yang pada Abad Pertengahan menghegemoni perkembangan
pemikiran manusia. Dalam hal ini Renaissance, lebih jauh dari pada membebaskan,
juga membuat Eropa mengalami euforia. Seni untuk seni, sebagaimana sains untuk
sains, adalah slogan yang sangat mengakar pada kesadaran banyak seniman Eropa
Abad Renaissance. Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci adalah dua di antara para
jenius yang dibesarkan dalam ruang euforia itu.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah
berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini terjelaskan dengan
menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang
mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya
sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik
penting menggantikan monarki absolut.
Bentuk pemerintahan demokratis yang muncul sebagai paradigma baru tersebut
kemudian pada perkembangannya diikuti dengan munculnya bentuk kebudayaan baru,
yakni kebudayaan liberal. Model ekonomi feodalistik yang diganti dengan model
kapitalistik adalah suatu pengejawantahan, sekaligus konsekuensi logis, dari
paradigma liberal yang berlaku, yang memiliki pondasi kuat berupa individualisme
dan, tentu saja, humanisme. Lantas, tidak hanya sampai di sini, dialektika yang
berlangsung dalam situasi ini pun mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan
kekuasaan politis dari agama.
Hubungan dengan perkembangan Dunia Timur
Hal yang sangat mendasar yang harus kita ketahui dari zaman Renaisance dan
kemudian berlanjut dengan invasi besar-besaran “Bangsa Barat” ke Dunia Timur
adalah :
1. Ditemukannya Mesin cetak oleh Jihann Gutenberg pada abad ke-15. Mesin cetak
ini yang semulanya dibuat untuk tujuan yang sepenuhnya berwatak gospel yaitu
untuk mempermudah penyebarluasan Injil kepada seluruh keluarga di eropa,
ternyata telah memberi jalan bagi perluasan ide-ide yang lain. Sebelum di
temukannya mesin yang sanggup mencetak secara massal, semua buku di cetak dengan
tekhnik “litograf” (mencetak diatas batu berukir), atau ditulis tangan.
Penemuan mesin cetak ini merupakan pendobrak awal terhadap rintangan utama yan
gmenghalangi berkembangnya pengetahuan dan ide-ide baru selama ini. Dan
Bombardemen ide-ide dan gagasan baru ini di dukung oleh dua temuan berikutnya.
2. Penemuan Senjata api, dengan alat ini kemudian bangsa barat mulai
mengimplementasikan “kehendak untuk berkuasa” nya terhadap bangsa-bangsa lemah,
seperti yang kita ketahui tadi bahwa dengan di temukannya mesin cetak semua
ide-ide baru muncul, dan inilah kiranya juga yang di sebut oleh Fredrich Engels
dengan revolusi industri, dan sejarah kelas seperti yang di analisis oleh Karl
Marx akhirnya terwujud, ada kelas yang berkuasa ada yang tidak. Ketika bahan baku
untuk penyediaan Industri-industri menurun akibat banyak nya permintaan,
“bangsa Barat’ kemudian mulai melakukan perjalanan-perjalanan ke daerah-daerah
“baru” untuk mencari bahan baku itu.
3. Kompas (alat penunjuk arah0 menjadi bagian penting yang tidak bisa di
nafikan dalam melakukan perjalanan-perjalanan mencari “dunia baru’ tersebut,
banyak deretan nama yang ikut tercatat sebagai petualang-petulang penakluk
bangsa bangsa baru itu, Colombus, Marco polo, Alfonso d’alburqueque, dll
(walaupun dalam sejarah islam kita telah mengenal Ibn Khaldun yang sudah
terlebih dahulu melakukan perjalanan dengna kompas ini sebenarnya)
Dengan ketiga alat tersebut dimulailah sejarah baru kehiduan bangsa-bangsa
“baru” yang ditemukan tadi. Mesin Cetak untuk penyebaran gagasan baru, Senjata
untuk melakukan penkalukan-penaklukan¸ Kompas untuk melakukan
perjalanan-perjalann jauh ke daerah-daerah “baru” itu.
Kemudian ini disebut sebagai zaman Kolonialisme awal, dengan modus “perdaganan”
dan mencari bahan-bahan baku untuk Industri di Barat yang mengalami kemajuan
pesat setelah terkungkung lebih 4 abad, maka praktek kolonialisme mulai
terbangun, dengan kecanggihan (pada waktu itu) yang dimiliki oleh armada-armada
Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, dll mereka dengan mudah memikat penduduk
lokal daerah-daerah Timur.
Timur ketika Renaisance.
Memang harus kita akui bahwa pada masa-masa terjadinya pendobrakan-pendobrakan
di segala bidang akibat kungkungan agama di Barat, justru di dunia timur
memulai abad “gelapnya” di tambah dengan kekalahan Islam yang pada waktu itu
menjadi Ikon untuk “timur” di Perang Salib , dan mulainya dogmatisasi agama
menyebar di kalangan umat Islam, Ibn Rusyd, Alkindi, Ibn Sina, dll dihabisi
oleh Al-Ghazali dengan “Kerancuan Filsafatnya” yang kemudian menjadikan Pintu
Ijtihad ‘tertutup” sehingga penemuan-penemuan baru baik di bidan lmu-ilmu
terapan, maupun non terapan, menjadi mandeg dan tidak berkembang. Negara-negara
timur jauh, pada masa-masa renaisance di Barat, pada waktu itu masih tertinggal
jauh, bangsa jepang ketika melihat kapal Alfonso d Alburque-que datang langsung
tercengang dan terheran-heran, Peradaban Lembah sungai kuning di Cina, Sungai
Hindus di India, dan peradaban masyarakat di Indonesia ( dulu Nusantara dengan
adanya kerajanan majapahit dan Sriwiajya) sibuk dengna urusan perang-perangan
dengan rakyat sendiri, struktur masyarakat Feodal yang saat itu masih kuat
bercokol menjadikan raja mempunyai otoritas dalam menentukan sesuatu seperti
Tuhan (persis seperti Gereja sebelum Renaisance di barat).
Struktur masyaraakt feodal seperti itu justru memudahkan penakluk-penakluk dari
barat menjaklankan tujuannya, aku datang, aku lihat, aku menang benar-benar
dengan sukses di wujudkan, hanya dengan memegang Stick Holder masyarakat yang
feodal itu (raja) urusan penaklukan sangat gampang sekali.
Strukturasi ini yang terus berlanjut sehingga melahirkan ada bangsa yang
terjajah dan yang dijajah .
Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai sejarah Renaissance berikut pengaruh gerakan itu
di Eropa, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Renaissance timbul sebagai reaksi kritis terhadap pola pemikiran sekaligus
dogma religius yang berkembang pada Abad Pertengahan, yang meletakkan otoritas
keagamaan (gereja) di atas otoritas rasio humanistik.
2. Renaissance dilandaskan atas dasar humanisme liberal yang menjadi ciri khas
bagi corak kesadaran modern. Rasionalisme Cartesian besar pengaruhnya dalam hal
ini.
3. Semangat humanisme-liberalisme itu mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan
bangsa-bangsa Eropa. Dalam hal sains, runtuhnya dominasi dan otoritas gereja
memacu secara signifikan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kekuasaan
politik, runtuhnya dominasai gereja melahirkan bentuk negara nasional yang
sekuler. Dari sini paradigma monarki absolut digantikan dengan demokrasi.
Demikian pula dalam hal ekonomi, sistem feodalistik digantikan dengan
kapitalistik.
4. Penemuan mesin cetak, senjata api, dan kompas menandai renaisance di Barat
akan segera menjadi raksasa besar yang akan menaklukkan bangsa-bangsa lain,
ide-ide baru yang melahirkan modus produksi baru di barat ikut berimbas ke
timur karena timur menjadi sebuah hal yang menarik ketika dilihat dari
persfektif kolonialisme.
Itulah beberapa hal penting yang dapat diketahui dan dipelajari dari
Renaissance. Lebih lanjut, Renaissance telah memberikan sumbangsih yang sangat
besar terhadap perkemabngan Perdanan dan sejarah Manusia, tidak hanya kepada
Eropa, melainkan lebih luas kepada seluruh dunia. Liberalisme, modernisme,
individualisme, dan banyak lagi yang kita ketahui (bahkan mungkin kita ikuti)
adalah apa yang telah dimulai sejak Renaissance. Namun demikian, bukan berarti
semua itu sempurna tanpa kritik. Sejarah adalah dialektika; dan kritik adalah
salah satu hal terbesar yang menjalankannya.
Memang harus kita akui relasi wacana dengan dominasi kekuasaan sangat erat,
kita terkadang dipaksa untuk mengetahui informasi yang mungkin tidak “benar”
sebagai contoh, dalam Buku-buku dan rujukan-rujukan baku, kita bisa melihat
bagaimana “barat” seolah-olah merekalah yang memulai sejarah peradaban manusia
ini, padahal secara obyektif kita juga tidak bisa menafikan sumbangsih dari
peradaban Timur terhadap Renaisance.
Terlepas dari konflik masa lalu itu, menurut kami harus ada sikap yang harus
kita ambil untuk merespon keadaan rill yang nyata di depan kita saat ini,
mengambil keseluruhan pemikiran itu, atau mengambil dengan catatan-catatan,
atau bahkan menolak sama sekali, tentu dengan pertimbangan dan analisis yang
tajam sehingga menghasilkan informasi yang akurat, sehingga dialog yang
diinginkan akan tercapai untuk kemajuan peradaban manusia selanjutnya.
Selebihnya, berkenaan dengan materi pembahasan kali ini, diakui masih terdapat
banyak kekurangan di sana-sini. Kekurangan yang kami sadari cukup penting,
selain data-data yang mendukung dalam kaitannya dengan Renaissance, juga
pemetaan historis terhadap posisi dan peran gerakan Renaissance yang sangat
mungkin berkenaan dan memiliki pengaruh besar bagi perkembangan orientalisme
atau pun oksidentalisme, yang merupakan bidikan pokok mata kuliah ini. Oleh
karenanya, sumbangsih berupa ide, gagasan, data dan tentu saja diskusi yang
hangat akan sangat diharapkan demi semakin baik dan luasnya wawasan pengetahuan
kita bersama.
Akibat Renaissance
Renaissance yang mula-mula
muncul Italia akhirnya mengalami perkembangan ke negara-negara Eropa dan menimbulkan
pengaruh atau akibat dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk lebih jelasnya,
akibat renaissance dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dalam bidang ilmu
pengetahuan, penyelidikan berjalan terus. Ilmu kimia tidak lagi merupakan ilmu
rahasia, demikian pula ilmu Astronomi dan Geografi berkembang pesat. Ilmu
pengetahuan bekembang pesat dan melalui penelitian-peneltian mengakibatkan
penemuan-penemuan teknologi modern.
b. Seni berkembang
pesat, muncul semboyan “seni untuk seni”. Obyek seni berubah dari berfokus pada
tokoh-tokoh cerita Injil kepada pengangungan raja-raja dan kota-kota, serta
hal-hal keduniaan.
c. Lahir Rationalisme
dipelopori oleh Rene Descartes yang mengemukakan “Cogito ergo sum” (saya
berpikir, karena itu saya ada).
d. Tumbuh paham fasis
sebagai pengaruh Machiavelli.
e. Individualisme
berkembang pesat.
f. Di Inggris lahir DPR.
i. Lahirnya kebudayaan
Renaissance yang mengandung anasir kebudayaan Romawi dan Yunani Kuno.
j. Meningkatnya hasrat
belajar dan mengadakan penelitian.
k. Terjadi perubahan
politik di Inggris, yaitu lahirnya “Magna Charta” yang membatasi tindakan raja.
l. Di Perancis muncul
ahli hukum, Montesqieu (1690-1755) dengan ajarannya “Trias Politica” dan J.J.
Rousseau yang menghendaki pemerintahan demokrasi.
Latar Belakang Renaissance
Latar belakang timbulnya Renaissance adalah kondisi
sosial, budaya, politik, dan ekonomi Abad Pertengahan.
Kondisi sosial
Saat itu kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada doktrin gereja. Segala
kegiatan kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan
untuk menentukan pribadinya, dan kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia
tidak tenteram karena senantiasa diintip oleh intelijen gereja, sehingga
menimbulkan sikap saling mencurigai dalam masyarakat.
Kondisi budaya
Terjadi pembatasan kebebasan seni dalam arti bahwa seni hanya tentang
tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja. Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan
akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu
pengetahuan karena segala kebenaran hanya kebenaran gereja.
Kondisi politik
Raja yang secara teoritis merupakan pusat kekuasaan politik dalam negara,
kenyataannya hanya menjadi juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok
bangsawan dan kelompok gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang
sewaktu-waktu dapat digunakan untuk melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan
militer kaum bangsawan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik
raja.
Kondisi ekonomi
Berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai perekonomian hanya golongan
penguasa.
Kondisi-kondisi di atas menyebabkan masyarakat Eropa terkungkung dan tidak
memiliki harga diri yang layak sebagai manusia. Oleh karena itu timbullah
upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut.
Perubahan-perubahan
yang terjadi akibat upaya untuk keluar dari kondisi Abad Pertengahan menjadi
latar belakang langsung munculnya Renaissance, sebagai berikut:
a. Kehidupan sosial masyarakat
Eropa yang tidak lagi mau terbelenggu oleh ikatan gereja. Mereka memalingkan
diri dari kehidupan akhirat kepada keduniaan sehingga pengaruh gereja merosot.
Kehidupan materialistis semakin berkembang mendesak kehidupan keagamaan.
b. Masyarakat berlomba-lomba
memasuki kawasan kota dagang dan kota industri, menjadi buruh dengan tujuan
berusaha merubah kehidupan ekonomi ke arah yang lebih baik. Petani-petani yang
pada Abad Pertengahan setia mengerjakan tanah para bangswan feodal, kini hilang
berganti dengan golongan masyarakat baru yang disebut buruh pabrik.
c. Seiring dengan laju
urbanisasi, berubah pula fungsi kota dari fungsi politis menjadi juga pusat
perdagangan dan industri.
d. Munculnya kaum
borjuis sebagai kelompok baru yang kaya dan mampu menyaingi kaum bangsawan.
Kelompok borjuis yang menguasai perdagangan tidak suka pada kelompok bangsawan
dan gereja, sehingga hanya mau membayar pajak kepada raja. Akhirnya raja
kembali memegang kekuasaan politik tertinggi yang ditaati perintahnya oleh
seluruh lapisan masyarakat.
e. Naskah-naskah ilmu
pengetahuan Yunani dan Romawi Kuno dijumpai kembali oleh masyarakat Barat,
dibawa oleh ilmuwan yang lari dari Konstantinopel ke Italia setelah
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar